Rabu, 20 Mei 2009

Penakluk Kenjeran



2051jupiter-nur-iwan-domas-1.jpgPark Sirukit Kenjeran, Surabaya kini benar menjadi milik arek Suroboyo. Siapapun pembalap nasional yang bertarung di Ibu Kota Jawa Timur ini, terjungkal menghadapi jagoan kandangnya, Yamaha Jupiter-Z pacuan Nur Iwan. Baik club event, one make race maupun kejuaraan bergengsi macam MotoPrix.2052jupiter-nur-iwan-domas-2.jpg

Nur Iwan, tidak hanya mengenal racing line dari setiap jengkal aspal Kenjeran. Tapi juga memegang rahasia dan kunci setingan pas untuk mencipta kuda pacu ideal di sirkuit gokart ini.


Selidik punya usut, kunci bertarung di Kenjeran adalah torsi. Yaitu “Mengandalkan tenaga bawah mesin. Jadi, percuma punya power mesin gahar di sini. Karena, motor makin susah dikendalikan dan buntutnya banyak waktu terbuang,” jelas Baktiono, mekanik yang juga kakak kandung Nur Iwan.

2053jupiter-nur-iwan-domas-3.jpgMakanya, guna mengejar torsi maksimal, kompresi dibikin tinggi. Tepatnya 13,5 : 1. Dengan kompresi sebesar ini, otomatis bahan bakar yang bisa diandalkan avgas. Kompresi ini didapat dari silinder head yang dipapas 0,8 mm dipadu squish 9 derajat.

Biar tenaga tidak liar, klep menggamit ukuran 26/23 mm. “Kan, semakin besar klep, semakin bolot di putaran bawah mesin. Sebaliknya klep kecil, efektif bekerja di putaran bawah,” tambah Cak Peno, sapaan akrabnya. Naik turun klep dikendalikan oleh kem berdurasi 270 derajat dengan jarak overlap antar klep 1,5 mm.

Penerus daya mesin ke roda, dikontrol racikan gigi rasio yang sekali lagi memanjakan torsi. Kombinasi dari gigi satu hingga empat adalah 13;36, 16;29, 21;29 dan 20;22. Hasilnya, siapapun bakal susah menundukkan Nur Iwan di Kenjeran. Bener nih?2054jupiter-nur-iwan-domas-4.jpg

PENGAPIAN 5ER

Pengapian tergolong ketinggalan zaman. Di saat mekanik lain menggunakan laptop untuk seting CDI, bengkel Seruling Sakti bertahan dengan pengapian Yamaha Vega. Mengandalkan CDI kode 5ER yang booming 4 tahun lalu. Tapi bukan berarti Baktiono gaptek alias gagap teknolgi. Hanya saja Cak Peno melakukan riset mesin dengan cara bertahap.

Pengapian 5ER ini dipakai di motor Nur Iwan sejak 3 tahun lalu. “Kita berusaha seting mesin dengan pengapian non limiter seperti 5ER ini dulu. Kalau mesin sudah maksimal dan bisa kencang, langkah terakhir baru CDI racing. Hasilnya bisa lebih kencang lagi,” jelas mekanik Cahya Yamaha IRC SMS BAF ini.

Toh, dengan pengapian 5ER ini saja sudah sering menjadi jawara dan merupakan salah satu motor terkencang di Jawa Timur. “Nantinya pasti pakai CDI racing. Tunggu aja,” jelas Nur Iwan dari bengkelnya di Jl. Dukuh Kupang Timur XX, No. 16, Surabaya.

DATA MODIFIKASI

Ban : IRC Razzo 166 dan 221
Karburator : Mikuni kotak 24 mm
Pilot/main-jet : 30/130
Klep : Sonic dipotong 26/23
Per klep : Jepang
Rocker arm : Yamaha Vega
Silinder blok : Yamaha Vega
Durasi noken as : 270 derajat
Berat balancer : 750 gram
Sokbreker : Kitaco
Knalpot : NRP
Baktiono : 0815-5363-6636

Penulis/Foto : Ipunk, Domas/Domas


Monggo dibaca yang lengkap......

Tembus 14.500 Rpm



2102jupiter-cep-sena-axl-1.jpgSenjata baru, sudah disiapkan buat Cep Sena. Ya! Tracker asuhan tim Alexandro Racing Team (ART) ini, sudah bekali dirinya dengan pacuan anyar di kelas bebek modifikasi 4-tak. Senjata itu, Yamaha Jupiter-Z racikan Eko ‘Kewer’ Nugroho. Mantapnya, pacuan ini berkitir hingga 14.500 rpm lho. Ih, serem!

2103jupiter-cep-sena-axl-2.jpg


“Banyak ubahan part yang dukung hingga mesin bisa teriak 14 ribu rpm. Salah satunya, ubahan balancer dan magnet,” ujar pria yang punya workshop Sindu Racing di Jl. Wates, KM. 7, Jogja.

Wah diapain tuh? Tenang! Agar rpm bawah bisa dikail sempurna dan mampu kejar rpm tinggi, balancer asli milik Yamaha Jupiter pun dibubut buat mengurangi bobot. Kini balancer hanya tersisa menjadi
650 gram.

Lanjut ke magnet. Enggak mau kalah enteng, kini magnet dibuat menjadi 950 gram. “Magnet yang dipakai punya Yamaha Vega kode 5R10,” ujar pria yang dipercaya Mico Alexandro, pemilik ART.

2105jupiter-cep-sena-axl-4.jpgDengan magnet dan balancer yang ringan, tentunya putaran kruk as pun juga Nikolebih enteng berputar dong. Itu Em-Plus rasakan sendiri ketika latihan bareng Cep Sena, beberapa waktu lalu. Makin mantap lagi, otak pengapian ditemani CDI programable dari Rextor.

“Pakai yang tipe Extrem. Ketika di dyno, mesin pun bisa teriak hingga rpm 14.500,” ujar Abu Liong, mekanik tim ART. Namun karena grasstrack lebih dominan pentingkan torsi ketimbang power, maka timing tertinggi diset 36º di 10 ribu rpm.

Mantapnya kitiran mesin ini, juga gak terlepas dari aplikasi piston Izumi 55 mm. Piston ini punya dome 4 mm. “Bagian dome buat klep isap sudutnya dibuat 29º dan klep buang dipatok di 32,5º,” ungkap Kewer yang siap diajak konsultasi lebih.

KOMPRESI 14,5 PSI2104jupiter-cep-sena-axl-3.jpg

Menemani piston 55 mm yang menggebuk ruang bakar, klep milik Honda Sonic pun diaplikasi. Namun dari ukuran 28/ 24 mm, klep pun dibubut lagi menjadi 27,5 mm (isap) dan 23 mm (buang).

“Tujuannya agar flow bahan bakar lebih lancar dengan payung klep yang masih bisa ditipiskan,” aku Eko. Kinerja klep pun ditemani noken as alias kem dengan durasi 266º. Durasi klep in dan out pun dibuat sama agar power bawah dan atas tetap seimbang.

Dengan durasi itu, biar makin padat head dipapas 0,8 mm. Lalu, squish dibuat jadi 9º dengan diameter kubah sekitar 39 mm. Akhirnya, komposisi ini menjadikan kompresi Jupiter 14,5 psi.

DATA MODIFIKASI

Ban depan : Swallow 70/100-19
Ban belakang : Swallow 90/100-16
Setang : Renthal
Sok belakang : Kayaba
Sok depan : Yamaha YZ85
Karburator : Keihin PE 28
Main/ pilot jet : 112/ 60
Sindu Racing : 0815-7893-5530

Penulis/Foto : Eka/Herry Axl




Monggo dibaca yang lengkap......

Berawal dari Lampu



2098hal5_scorpio_boyo01.jpgYamaha scorpio itu termasuk motor yang paling enak dimodif. Mau gaya apa aja masuk, jadi enggak pernah mati gaya. Misalnya si kalajengking milik R. Muhammad Ridwan ini. Tampil dengan aura naked bike, unsur penguatnya aksen itu dimulai dari komponen yang namanya lampu.


Hal itu terjadi pada Yustinus Erwan Santoso dari Insan Motor yang mewujudkan mimpi Ivan, panggilan Ridwan untuk memiliki sebuah motor laki yang macho. "Saya suka karakter naked seperti ini karena masih nyaman untuk dibawa turing dan pastinya tetap gaya," kata Ivan yang anggota YSCB (Yamaha Scorpio Club Bekasi) ini. Klub ini doyan turing lho.2099hal5_scorpio_boyo02.jpg

"Inspirasi modifnya semakin terwujud setelah kita dapat head lamp dari Yamaha FZ1-N, lampu ini dibawa langsung dari Singapura dan harganya enggak murah," kata Iyus, panggilan akrab builder ini. Konon di negeri Singa itu harganya sekitar Rp 3 juta, sampai Jakarta jadi lebih dikit lah. Iyus bilang idenya ngalir setelah lihat lampu ini.

Sementara untuk ubahan bodi memang tidak terlalu banyak yang diutak-atik. "Ya namanya juga motor sport, enggak banyak bagian bodi yang bisa dimainkan," cerita Iyus lagi. Palingan hanya di sekitar tangki, sedikit bodi samping dan buntut. Karena itulah maka untuk tangki yang memang punya proporsi besar modifikator yang jago main fiber ini sangat fokus.

"Apalagi Ivan ingin tangki yang warna oranye, artinya warna terang. Untuk itu maka detail tiap lekukannya harus jelas dan tegas," kata builder yang juga lagi doyan main FaceBook ini. Memang penampung bensin ini dibuat memiliki lekukan dan tambahan di samping. Itu mengambil model dari Yamaha R6. Jika memilih warna terang maka detail sekecil apapun harus dijaga karena pasti akan gampang terlihat jika berantakan, dan Iyus sukses kali ini.

2100hal5_scorpio_boyo03.jpgAsyik bermain lekukan membuat modifikator berkacamata minus ini ke-terusan hingga bodi belakang. "Lihat saja bodi samping yang jadi ngikutin dengan desain tangki," beber penyuka makanan laut ini.

Saat ingin menuntaskan urusan bodi ini, Iyus kembali bertemu masalah penyesuaian bodi dengan lampu. Kali ini tentunya berurusan dengan stop lamp.

"Lampu belakangnya juga punya bentuk yang unik, pipih dengan menggunakan jens LED," ungkap Ivan menimpali.

Kali ini Iyus mencomot dari variasi Yamaha R6. Jadi bentuk yang harmonis di depan dan belakang ini semua berawal karena lampu.

Ada-ada saja!

MENYESUIAKAN LIMBAH MOGE
2101hal5_scorpio_boyo04.jpg
Yustinus termasuk modifikator yang piawai dalam memadupadankan pemasangan limbah moge. Maklum, doi bukan anak kemaren sore di ranah modifikasi. Coba lihat pemilihan limbah GSX 400 untuk pelek, arm dan sok belakang. "Karena ini hanya Scorpio,” katanya mantaf.

Maksudnya, karena ini Scorpion jadi jangan maksa pakai limbah yang lebih besar. “Yang ada, ntar malah berantakan jadinya. Apalagi buat gaya naked bike begini," jelas pria ramah ini.

DATA MODIFIKASI

Ban depan : Battlax 120/60-17
Ban belakang : Battlax 150/60-17
Sok depan : Honda CBr 400
Spidometer : Cagiva
Setang : Fatbar
Insan Motor : 0812-9737-900

Penulis/Foto : Nurfil/Boyo


Monggo dibaca yang lengkap......

Di Luar Sentul Hadiah Gede



1697balap-skubek-dvd.jpgLubernya peserta seri pertama Pertamax Plus BRT Indotire Matic Race & Party tolok ukur road race skubek. Sedianya, semua seri dipentas di Sentul Kecil berubah dan akan dihajat di beberapa kota.

Pertimbangannya, jumlah pembalap luber memungkinkan dijadikan ajang promosi lebih luas. “Sentul Kecil susah dijangkau konsumen potensial,” lantang Tomy Huang dari BRT yang otak bisnisnya selalu jalan.



Menurut Tomy, supaya mampu menarik sponsor wajib digelar di beberapa kota. “Bahkan tempatnya di tengah kota,” dukung Asep Hendro, juragan AHRS yang ikut mensuport dengan hadiah gede.

Dukungan Asep juga secara materi. Untuk memancing jumlah pembalap, mulai seri 2 AHRS menyumbang 2 motor untuk hadiah. “Dua unit Suzuki Spin 125 yang dimodif gaya AHRS,” cuap Asep bersemangat.

Hadiah itu untuk juara 1 kelas 125 cc pemula dan 125 cc open. “Di akhir seri berdasarkan jumlah poin terbanyak akan diganjar lagi 2 unit Spin 125,” dukung Chris Tomas, bos JMS (Junior Motor Sport), Cibinong.

AHRS dan JMS bahu-membahu mendukung balap skubek. Keduanya mengincar berpromosi di 125 cc, lantaran belum punya regulasi Pengda IMI Jawa Barat. Asep ingin mendongkrak image AHRS terutama knalpot. Makanya setiap motor yang digeber di kelas 125 cc wajib menggunakan pipa buang AHRS.

Berdasarkan kesepakatan. “Kota kedua untuk seri selanjutnya balap skubek adalah Bandung. Kota ini banyak komunitas skubeknya,” dukung Fredy ‘Ojo’ Rostiawan dari komunitas skubek Vertex Bandung.

Di Bandung, upaya mendekatkan balap dengan kemunitas skubek dipastikan berhasil. “Apalagi Jawa Barat provinsi yang punya market share skubek paling banyak. Mencapai 50% dari total penjualan motor di 2008,” jelas Alexander Lunardi, bos Honda Bintang Niaga Jaya.

Lunardi bukan bicara tanpa fakta. Dia punya 6 dealer di 6 kota di Indonesia. Tiga dealer di antaranya di Jawa Barat. Omongannya bisa dipegang. Jadi, promosi skubek di Jawa Barat wajib dilakukan. Apalagi untuk pabrikan Honda yang masih memegang market leader di provinsi yang wakil gubernurnya dipegang Dede Yusuf ini.

Penulis/Foto : Aong/Herry Axl



Monggo dibaca yang lengkap......

Mencari Yang Kuat dan Tahan Lama



Dua seri IndoPrix (IP) 2009 di Sentul jadi medan penyiksa. Pembalap dan mekanik harus berstrategi, hingga bebek bisa finish. Regulasi baru memaksa pembalap berkeliling 12 putaran. Apalagi Minggu (10/5) lalu, suhu 380 Celcius makin menyiksa. Mekanik dipaksa mencari seting paling aman alias rada-rada basah. Menyiasati power seimbang dengan ketahanan mesin.

Udah jadi rumus dasar, Sentul butuh motor bertenaga besar untuk menang. Pun perlu ketahanan agar tuntas melahap 12 putaran. “Sulit jika harus mengalahkan power, agar mesin tahan. Ssementara, tenaga perlu untuk bisa menang,” aku Sri ‘Gandhoel’ Hartanto, mekanik tim Yamaha Evalube FDR Rextor GRM yang menukangi Jupiter tunggangan Irwan Ardiansyah.2111indoprix-gandul-eka.jpg

Rasio kompresi tinggi jadi satu faktor korekan menambah power. Tetapi, bermain di Sentul, rasio kompresi berhadapan dengan durabilitas mesin. “Tenaga bisa dapat pada kompresi 13,5:1. Tapi enggak kuat. Jebol deh,” kata Edwin alias Akiang, mekanik Honda Banten Federal Oil yang meratapi mesin Supra X 125 besutan Mariasan Kocek, pecah setelah 10 lap.

Bermain kompresi di atas 13 ,5 : 1 di Sentul memang riskan. “Faktornya bukan mencari bahan bakar yang tepat. Tapi juga ketahanan part. Biar bagaimanapun kita pakai motor yang bukan didesain untuk balap murni,” kata Hasyim Sonedi, mekanik Suzuki IRS U Mild AHRS.

Makanya Hasyim cuma mematok 12,8 : 1. Itupun, dengan bahan bakar Elf oktan 104. “Kita juga lakukan Cryogenic pada kruk-as pada suhu minus 190 derajat agar lebih kuat,” tambah Hasyim dengan bahasa teknik yang rada ruwet.

Sebenarnya ada cara lain. Yaitu, mengolah porting intake, exhaust dan kem. Kombinasi ini diolah untuk mencapai efisiensi volumetrik (EV) maksimal. “Dengan cara ini, kompresi memang tak perlu terlalu tinggi. Yang penting bahan bakar yang disuplai cukup,” kata Tommy Huang, tukang riset BRT.

2112indoprix-hadi-wijaya-dvd.jpgSolusi Tommy lewat formula EV amat masuk akal. Hasilnya, Supra X 125 geberan Rey Ratukore tahan 12 lap. Ditambah komponen rocker-arm Supra yang dilengkapi roller, bikin kerja mesin lebih ringan. Toh itu cuma bisa didapat jika didukung alat penghitung yang canggih dan itungan cermat. Buat yang tak punya dan tak cermat, silakan meratap.

Namun bukan berarti mesin bebas dari siksaan. Sebab, meski kompresi rendah, power tinggi yang dihasilkan tetap akan memaksa part kerja lebih keras. “Ujungnya ya menuntut metalurgi harus kuat,” kata Benny Djatiutomo, boss Yamaha Petronas FDR Star Motor.

Dilihat dari rata-rata tim yang main di Sentul kemarin, gerungan rpm mampu melejit sampai 13.000 rpm. “Smash bisa sampai 13.400 rpm. Bisa dibayangkan, bagaimana tersiksanya part jeroan mesin,” tambah Hasyim.

Itu dirasakan Hadi Wijaya, joki tim Kawasaki Elf IRC NHK M-Tech yang geber Kawasaki Athlete 125. Setiap berada di rombongan besar, doi kudu ngangkat badan dari posisi merunduk. “Saya pun harus ngendurin gas. Kalo ikut angin putaran mesin jadi ringan. Tanpa disadari bisa tembus 13.500. Kalau dipaksa bisa jebol,” urai Hadi yang mengalami naas di motornya.

Makanya tak aneh jika pembalap lebih senang berada di tengah rombongan ketimbang di depan. Selain menyimpan tenaga motor, juga menghemat daya tahan mesin. Ujungnya, tetap yang kuat dan tahan lama yang menang.

HASIL LOMBA

IP 110
Race 1
1. Hadi Wijaya (7) Kalbar Kawasaki Elf IRC NHK Manual Tech Blitz 24:30,934
2. Denny Triyugo (96) Jatim Yamaha Petronas FDR Star Motor Jupiter 24:30,945
3. Florianus Roy (92) DIY Yamaha TDR Indoparts FDR Yonk Jaya Jupiter 24:31,103
4. Irwan Ardiansyah (76) DIY Yamaha Evalube FDR Rextor GRM Jupiter 24:31,173
5. Achmad Kohar () Jabar Suzuki Top 1 BRT SHC FDR Chia Felix Smash 24:31,449

Race 2
1. Hokky Krisdianto (57) DIY Yamaha Petronas FDR Star Motor Jupiter 24:32,811
2. Wahyu Widodo (16) Jabar Suzuki IRC U Mild AHRS Smash 24:32,923
3. Dedy Permadi (45) DIY Kephoth Federal Indoparts KBC Jupiter 24:32,969
4. Florianus Roy (92) DIY Yamaha TDR Indoparts FDR Yonk Jaya Jupiter 24:33,075
5. Denny Triyugo (96) Jatim Yamaha Petronas FDR Star Motor Jupiter 24:33,076

Total Poin IP 110
1. Denny Triyugo (96) Jatim Yamaha Petronas FDR Star Motor 31
2. Hadi Wijaya (7) Kalbar Kawasaki Elf IRC NHK Manual Tech 31
3. Wahyu Widodo (16) Jabar Suzuki IRC U Mild AHRS 30
4. Florianus Roy (96) DIY Yamaha TDR Indoparts FDR Yonk Jaya 29
5. Hokky Krisdianto (57) DIY Yamaha Petronas FDR Star Motor 28

IP 125
Race 1
1. Dellu Agung (99) DKI Stebo Racing INK Supra125 24:03,867
2. Wahyu Widodo (16) Jabar Suzuki IRC Umild AHRS Shogun 24:03,867
3. H. Yudhistira (33) Kalsel HRVT BGM HBM IRC Jupiter 24:03,874
4. Hokky Krisdianto (57) DIY Yamaha Petronas FDR Star Motor Jupiter 24:03,926
5. Rey Ratukore (22) DKI BRT Indopart KBC Supra125 24:04,137

Race 2
1. Rey Ratukore (22) DKI BRT Indopart KBC Supra125 23:56,990
2. Hadi Wijaya (7) Kalbar Kawasaki Elf IRC NHK Manual Tech Athlete 23:57,010
3. Dedy Permadi (45) DIY Kephoth Federal Indopart KBC Jupiter 23:57,240
4. Hokky Krisdianto (57) DIY Yamaha Petronas FDR Star Motor Jupiter 23:57,404
5. Dellu Agung (99) DKI Stebo Racing INK Supra125 23:58,341

Total Poin IP 125
1. Rey Ratukore (22) DKI BRT Indoparts KBC 36
2. Dellu Agung (99) DKI Stebo Racing INK 36
3. Hokky Krisdianto (57) DIY Yamaha Petronas FDR Star Motor 26
4. H. Yudhistira (33) Kalsel HRVT BGM HBM IRC 24
5. Hadi Wijaya (7) Kalbar Kawasaki Elf IRC NHK Manual Tech 20

Penulis/Foto : Chuenk, Aries/M. David


Monggo dibaca yang lengkap......

Gawean 3 Hari


Ceritanya kayak Bandung Bondowoso ngebangun candi Prambanan dalam semalam. Bedanya Haryadi dari PT Astra Honda Motor (AHM) 3 hari 2 malam bikin 30 Blade versi ba-lap. Semuanya dilombakan di kelas Blade Standar Pemula untuk OMR Honda.
Prinsipnya sih Blade versi racing harian ini nggak banyak perubahan. Soalnya, proyek ini untuk promosi ke penonton kalau Blade racing harian bisa ngaspal di pasar senggol. “Posisi dan bentuk setang masih standar. Tapi, pembalap pemula yang pakai bilang nggak masalah,” jelas Haryadi yang berkantor di Tipar Cakung, Jakarta Utara.





Karena dikejar menjelang seri I di Kemayoran, kopling aja masih sentrifugal. Ubahan lain lagi dikembangkan. Tapi, putaran kedua OMR Honda di Bandung sudah disiapkan kopling manual. “Kita coba pakai bak kopling asli,” ulas Haryadi.

Setingan karburator pun masih standar. Padahal, knalpot sudah pakai versi kompetisi. “Di Kemayoran paling cuma nyetel angin. Tapi, di Bandung kita coba kombinasi spuyer baru,” cocor Haryadi.

Knalpot pun masih tahap awal. KareSna informasi AHM dari PT Yutaka Manufacturing Indonesia (YMI) selaku suplier knalpot, kurang jelas. Pipa gas buang untuk Blade tidak menghasilkan tenaga yang merata.

“Perubahan hanya pada tekukan di leher dan sekat di dalam knalpot. Ini masih tahap awal,” sergap Romi Mario Prihantono, Enginering Division YMI.



Agak lain suspensi depan belakang yang disupport Showa. Ini jelas bikin Blade enggak masalah rebah di tikungan. Kelihatan waktu di lintasan Kemayoran, terutama kelokan parabolik.

Dengar kabar sih suspensi depan-belakang dirancang khusus untuk kompetisi. Wah, kalau dijual soknya sebagai variasi resmi dari AHM boleh juga. Dipastikan laku. Itu masukan dari Em-Plus lho.


DARI DATA STANDAR

Ini jadi kunci buat Blade semikompetisi versi AHM. Jurus penentunya di CDI. Sayangnya, CDI Rextor yang diriset dan dibikin pun butuh waktu lagi karena hanya untuk Blade standar, tanpa ada data ganti knalpot. Itu masih versi seri awal OMR Honda.

Rencananya Blade dari AHM yang sudah pakai knalpot baru dan kopling manual akan diberikan produsen Rextor untuk diriset sebelum putaran II di Bandung. “Pakai yang versi ini aja rpm motor cepat naik. Saya minta ubah supaya Blade bisa lebih kencang,” kata Haryadi.

Putaran mesin saat digunakan di seri pembuka Kemayoran beberapa waktu lalu, motor nggak cepat keluar dari tikungan. Wuuu......

Penulis/Foto : Niko/GT

Monggo dibaca yang lengkap......

Sabtu, 16 Mei 2009

UyandQ.

Q cyang bget ma uyand, her my lost half heart. I love her poreph. Her my angel from karangtengah. Hwakakakakak. Cuih.........
Crot....

Monggo dibaca yang lengkap......
Template by : kendhin x-template.blogspot.com